KRI Cakra
Dengan adanya rencana Angkatan Laut untuk memperbesar Armada Kapal Selam tentu kita akan dapat memberikan konstribusi yang lebih besar dalam rangka menjaga kedaulatan negara Republik Indonesia yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas.
Hal itu diungkapkan Komandan KRI Cakra-401 Letkol Laut (P) Iwan Isnurwanto, SH saat diwawancarai Redaksi Majalah TNI AL Cakrawala di kantor Satkasel Dermaga Ujung Surabaya. “Kita sangat menginginkan Armada Kapal Selam lebih besar lagi, dalam arti kalau dulu kita pernah mempunyai 11 kapal selam Whisky klas, kemudian sejak 8 Juli 1981 sampai sekarang kita hanya mempunyai 2 buah kapal selam type 209 berbobot 1300 ton, hasil pengadaan alut pada saat Menhankam Pangabnya Jenderal TNI M. Yusuf. Dari dua pun saat ini kondisinya hanya satu yang siap sementara satunya lagi masih dalam perbaikan. Kalau dua-duanya rusak, bagaimana?” ujarnya.
Menurut Letkol Laut (P) Iwan Isnurwanto,SH, kalau dibandingkan dengan Korea Selatan yang wilayah perairannya tidak seluas Indonesia, mereka memiliki 9 kapal selam type 209 berbobot 1200 ton, belum lagi kapal selam jenis lain. “Namun saya optimis ke depan armada kapal selam kita sedikit demi sedikit akan bertambah besar, apalagi salah satu kapal selam kita sekarang kondisinya sangat baik pasca perbaikan (overhaul) di galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering di Korea Selatan”, tuturnya.
Pada tanggal 19 Mei 2004 akhirnya Kapal Selam andalan TNI AL , KRI Cakra-401, dari golongan Striking Force diberangkatkan ke Korea Selatan. Dengan pertimbangan-pertimbangan taktis, ekonomis, dan juga kondisi kapal yang tidak memungkinkan untuk berlayar sendiri, maka diputuskan kapal selam itu diangkut dengan menggunakan kapal DOCK WISE, kapal angkut Belanda namun awaknya seluruhnya warga negara Rusia.
Kita sampai di Korea tanggal 28 Mei 2004. Pada saat berangkat posisi kapal selam ada di atas permukaan yang diangkut oleh kapal Dock Wise. Perjalanan menuju Korea selama 9 hari dan langsung masuk ke galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSM). Pada saat itu ABK yang diikutkan sebanyak 10 orang terdiri dari 6 Perwira termasuk Bintara Tinggi dan 4 orang anggota. Anggota sendiri berada di Korea selama 2 bulan dan kemudian kembali lagi ke Indonesia, sehingga yang tinggal di sana hanya 6 orang ditambah 5 orang dari Satgas. Jadi dari awal hingga akhir 11 orang tersebut yang tinggal. Kemudian 5 bulan terakhir sisa personel yang berjumlah 35 orang diberangkatkan ke Korea Selatan. Jumlah ABK sesuai dengan DSP adalah 41 orang namun karena perjalanan ke luar negeri memakan waktu yang lama sehingga diikutkan satu orang dokter dan untuk garansi 2 orang anggota dari DSM, masing-masing tenaga elektrik dan mekanik. Jadi total yang ikut berlayar dalam penyebrangan KRI Cakra dari Korea Selatan menuju Tanah Air adalah 44 orang.
Selama dalam perjalanan tidak ada masalah yang berarti meskipun awalnya memang terasa aneh karena kapal Belanda namun ABKnya orang Rusia semua. Termasuk masalah berkomunikasi, kita cepat beradaptasi bahkan kita diijinkan untuk melihat-lihat situasi kapal yang sebenarnya ada larangan untuk itu.
Setelah perbaikan, kondisi kapal dapat mencapai 80-90%. Ini dapat dibuktikan dengan telah diujinya atau istilahnya NDD (Normal Diving Deapth) untuk mengetahui batas kedalamnya. Dengan adanya NDD ini kita sudah yakin bahwa kapal ini mampu menyelam dalam kedalaman tertentu dengan tidak perlu ada perasaan was-was lagi. Masalah peralatan masih ada peralatan-peralatan lama yang masih dipakai, ada juga peralatan yang seharusnya diganti satu sistem tetapi hanya diganti separuh karena masih bisa digunakan, disamping tambahan beberapa peralatan baru yang sangat berfungsi dan berguna.
Pemuatan torpedo SUT ke KRI Cakra-401
Dengan tambahan alat baru yang lebih canggih ABK juga tidak mengalami kesulitan dalam pengoperasiannya karena pada saat pemasangan mereka telah diikutkan. Kita mengoperasikannya dengan cara pelajaran kelas dahulu, bisa juga pelajaran di kapal langsung (On The Job Training). Di lapangan kita sudah langsung praktek mengoperasikan. Diawali oleh instruktur terlebih dahulu yang mengoperasikan, baru kemudian giliran kita yang masang dan mengoperasikan sehingga bila ada kesalahan langsung bisa diadakan pembetulan. Setelah itu kita mengadakan wash up di kelas untuk mengevaluasi dan mencari solusi segala permasalahan yang muncul di lapangan.
Menurut Letkol Laut (P) Iwan Isnuwanto,SH, mungkin yang menjadi kendala lebih kepada sistem peralatan di kapal yang basicnya adalah komputer, sedangkan kita tahu sendiri orang-orang kita/ABK jarang yang menggunakan internet sebagai dasar untuk komputer. Namun sampai sekarang seluruh ABK sudah tidak ada masalah lagi. Yang penting ditekankan kepada mereka untuk selalu berlatih dan berlatih. Kedepan mungkin akan dibekali kursus-kursus secara khusus bagi anggota.
Penyebrangan ke Indonesia
Seluruh ABK tanggal 9 November 2005 sudah berada di Korea sehari setelah itu mereka langsung melakukan dan mengikuti perbaikan-perbaikan secara otomatis sesuai dengan tugasnya masing-masing. Seperti halnya ketika menyeberang ke Korea, ketika penyebrangan kembalipun pada tanggal 4 April 2006 tidak ada masalah yang berarti kecuali pada saat akan melewati perairan Jepang.
Dengan kehadiran kembali kapal selam KRI Cakra-401 semakin memantapkan kemampuan dan kekuatan TNI AL dalam melaksanakan tugas penegakkan kedaulatan dan hukum di laut©
KRI Untung Suropati
KRI Untung Suropati merupakan kapal perang Indonesia dari jenis korvet. Kapal ini termasuk kapal korvet kelas Parchim dengan kode Pakta warsawa Type 133.1. Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selam diperairan dangkal / pantai. Enambelas kapal dibuat untuk Volksmarine (1997-1981) dan 12 kapal yang dimodifikasi dibuat untuk AL Soviet pada 1985-1990 oleh Peenewerft, Wolgast. Setelah Penyatuan kembali Jerman , Bekas negara Jerman timur menjual kapal-kapal ini ke TNI AL Indonesia pada 1993. Kapal korvet ini pernah digunakan sebelumnya oleh tentara Angkatan Laut Jerman Barat. Kapasitas kapal ini bisa menampung sebesar 20 hingga 59 orang anak buah kapal.
Dimensi kapal KRI Untung Suropati berukuran 75.2meter x 9.78meter x 2.65 meter/ (246.7 x 32.1 x 8.7 kaki). Berat muatan penuh sekitar 900 ton.
---Senjata---
Torpedo
KRI Untung Suropati dilengkapi dengan empat tabung peluncur torpedo 15.7 inci.
Peluru kendali
Sistem pertahanan udaranya adalah dua peluncur [[rudal] SA-N-5, rudal darat ke udara untuk pertahanan udara jarak-dekat terhadap pesawat sayap tetap , pesawat sayap putar dan terhadap rudal anti-kapal yang datang.
Anti kapal selam
Selain itu ia juga dilengkapi dengan 2 RBU-6000 untuk peranan anti-kapal selam (ASW RL) dan juga mempunyai 2 para (Deep Charge).
Meriam
Meriam utama kapal perang KRI Kapitan Patimura yang dipasang pada dek depan, adalah meriam kembar 57mm/70 caliber DP. Kapal ini juga dilengkapi dengan satu senapan 30 mm kembar serbaguna.